Rabu, 22 Juli 2015

DALIL-DALIL BID'AH HASANAH


Para ulama Ahlussunnah wal jama'ah berpandangan bahwa hadist "kullu bid'atin dholalah",adalah kata-kata umum yang harus dibatasi jangkauannya. Dalam hal ini, Imam Nawawi menyatakan:
"Sabda Nabi "Kullu bid'atin dholalah" ini adalah kata-kata umum yang dibatasi jangkauaanya. Maksud "semua bid'ah itu sesat" adalah sebagian besar itu sesat, bukan seluruhnya." (Syarh Shahih Muslim,6/154)
     Oleh karena hadist "kullu bid'atin dholalah" adalah kata-kata umum yang dibatasi jangkauannya,maka para ulama membagi bid'ah menjadi dua. Yaitu bid'ah hasanah dan bid'ah sayyi'ah (buruk). Lebih rinci lagi, bid'ah itu dibagi menjadi lima bagian sesuai dengan jumlah hukum islam yang lima: wajib,sunnah,haram,makruh dan mubah. Berikut ini akan Kami kemukakan  beberapa dalil tentang adanya bid'ah hasanah,dan bahwa tidak semua bid'ah itu sesat dan tercela.
     Dalil-dalil berikut iniakan dibagi menjadi dua,dalil-dalil bid'ah hasanah pada masa Rasululloh,dan dalil-dalil bid'ah  hasanah setelah Rasululloh wafat.

BID'AH HASANAH PADA MASA RASULULLOH


*HADIST SAIYIDINA MU'ADZ BIN JABAL.r.a

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ اَبِي لَيْلَى قَالَ : كَانَ النَّاسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا جَاءَهُ الرَّجُلُ وَقَدْ فَاتَهُ شَيْئٌ مِنَ الصَّلَاةِ اَشَارَ اِلَيْهِ النَّاسُ فَصَلَّى مَا فَاتَهُ ثُمَّ دَخَلَ فِي الصَّلَاةِ ثُمَّ جَاءَ يَوْمًا مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ فَاَشَارُوا اِلَيْهِ فَدَخَلَ وَلمْ يَنْتَظِرْ مَا قَالُوا , فَلَمَّا صَلَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرُوا لَهُ ذَلِكَ فَقَالَ لَهُمُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :”سَنَّ لَكُمْ مُعَاذٌ“وَفِي رِوَايَةِ سَيِّدِنَا مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ:إِنَّهُ قَدْ سَنَّ لَكُمْ مُعَاذٌ فَهَكَذَا فَاصْنَعُوا.


Abdurrohman bin Abi Laila berkata:
 “Pada masa Rosululloh shollallohu alaihi wasallam, bila seseorang datang terlambat beberapa rokaat mengikuti sholat berjamaah, maka orang-orang yang lebih dulu datang akan memberi isyaratkepadanya tentang rokaat yang telah dijalani, sehingga orang itu akanmengerjakan rokaat yang tertinggal itu terlebih dahulu, kemudian masuk kedalam sholat berjamaah bersama mereka. Pada suatu hari Mu’adz bin Jabaldatang terlambat, lalu orang-orang mengisyaratkan kepadanya tentang jumlahrokaat sholat yang telah dilaksanakan, akan tetapi Mu’adz langsung masukdalam sholat berjamaah dan tidak menghiraukan isyarat mereka, namun setelah Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam selesai sholat, maka Mu’adz segera mengganti rokaat yang tertinggal itu. Ternyata setelah Rosululloh shollallohualaihi wa sallam selesai sholat, mereka melaporkan perbuatan Mu’adz bin Jabal yang berbeda dengan kebiasaan mereka. Lalu beliau shollallohu alaihi wa sallammenjawab: “Mu’adz telah memulai cara yang baik buat shalat kalian.” Dalamriwayat Mu’adz bin Jabal, beliau shollallohu alaihi wasallam bersabda; “Mu’adztelah memulai cara yang baik buat shalat kalian. Begitulah cara shalat yangharus kalian kerjakan”.

     Hadist ini diriwayatkan oleh al-Thabarani dalam al-Mu'jam al-Kabir (20/271),dan al-Imam Ahmad (5/233),abu Dawud,Ibn Abi Syaibah dll. Hadist ini dinilai shahih oleh al-Hafizh ibn Daqiq al-'id (625-703 H/1235-1303 M) ,dan al-Hafizh Ibn Hazm al-Andalusi (384-456 H/994-1064 M).
     Hadist ini menunjukkan bolehnya membuat perkara baru dalam ibadah,seperti shalat atau lainnya,apanila sesuai dengan tuntunan syara'. Dalam hadist ini, Nabi saw tidak menegur Mu'adz dan tidak pula berkata :"Mengapa kamu membuat cara baru dalam shalat sebelum bertanya kepadaku???", bahkan beliau membenarkannya,karena perbuatan Mu'adz sesuai dengan kaedah berjamaah,yaitu makmum harus mengikuti imam.

2.HADIST AL-'ASH BIN WA'IL.ra

"Al-Ash bin Wa'il berkata:"Pada saat suku Bakr bin Wa'il datang ke makkah, Nabi saw berkata kepada Abu Bakar:"datangilah mereka dan tawarkan agama islam pada mereka." Lalu Abu Bakar mendatangi dan mengajak mereka memeluk agama islam. Mereka menjawab:" Sampai pemimpin kami datang".Setelah pemimpin mereka datang Abu Bakar bertanya:" Siapa kaum ini?". Mereka menjawab:" Suku Dzul bin Syaiban". Lalu Abu bakar menjelaskan tentang islam kepada mereka,dan mereka menjawab:" Sesungguhnya di antara kami dengan persia terjadi peperangan,maka bila kami telah menyelesaikan urusan kami dengan mereka,kami akan kembali dan memikirkan ajaran anda". Abu Bakar berkata:" Apakah bila kami dapat mengalahkan mereka,maka kalian akan mengikuti agama kami?". mereka menjawab:" Kami tidak berjanji mengikuti agama kalian. Tetapi bila kami telah menyelesaikan urusan dengan mereka,kami akan kembali dan memikirkan ajaranmu". Setelah suku Dzul bin Syaiban  berhadapan dengan persia, pemimpin mereka berkata:" Siapa nama orang yang mengajak kamu ke agama Allah?". Mereka menjawab:" Muhammad". Ia berkata:" kalau begitu,nama Muhammad itu jadikan slogan dalam peperangan". kemudian suku Dzuhl bin syaiban itu mengalahkan persia. Mendengar berita itu, Rasulullah saw bersabda:" Dengan perantara namaku,mereka diberi kemenangan oleh Allah".

     Hadist ini diriwayatkan oleh al-thabarani,al-Hafizh al-Haitsami-guru al-hafizh Ibn Hajar mengatakan dalam majma' al-Zawa'id (6/10631), para perawi hadist ini (dipercaya) dan perawi hadist shahih.
     Hadist ini menunjukkan bolehnya membuat perkara baru apabila sesuai dengan tuntunan syara'. Dalam peperangan melawan persia,suku Dzulh bin Syaiban ber-tawassul dengan nama Nabi saw atas inisiatif pemimpin mereka dan belum mereka pelajari dari Nabi saw. Ternyata tawassul mereka dibenarkan oleh Nabi saw,dengan penegasan beliau "dengan perantara namaku". Dengan demikian tidak selamanya perbuatan yang tidak pernah di ajarkan nabi itu selalu buruk.

3.HADIST SAIYIDINA BILAL

حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ نَصْرٍ، حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، عَنْ أَبِي حَيَّانَ، عَنْ أَبِي زُرْعَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ـ رضى الله عنه ـ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ لِبِلاَلٍ عِنْدَ صَلاَةِ الْفَجْرِ ‏ "‏ يَا بِلاَلُ حَدِّثْنِي بِأَرْجَى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ فِي الإِسْلاَمِ، فَإِنِّي سَمِعْتُ دَفَّ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَىَّ فِي الْجَنَّةِ ‏"‏‏.‏ قَالَ مَا عَمِلْتُ عَمَلاً أَرْجَى عِنْدِي أَنِّي لَمْ أَتَطَهَّرْ طُهُورًا فِي سَاعَةِ لَيْلٍ أَوْ نَهَارٍ إِلاَّ صَلَّيْتُ بِذَلِكَ الطُّهُورِ مَا كُتِبَ لِي أَنْ أُصَلِّيَ‏.‏ قَالَ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ دَفَّ نَعْلَيْكَ يَعْنِي تَحْرِيكَ


"Abu Khurairoh meriwayatkan, bahwa Nabi saw bertanya kepada Bilal ketika shalat fajar:" Hai Bilal,kebaikan apa yang paling engkau harapkan pahalanya dalam islam, karena aku telah mendengar suara kedua sandalmu di surga". Ia menjawab:" Kebaikan yang paling aku harapkan pahalanya adalah aku belum pernah berwudhu',baik siang maupun malam,kecuali aku melaqnjutkannya dengan shalat sunnah dua rakaat yang aku tentukan waktunya". Dalam riwayat lain dikatakan Nabi berkata kepada bilal:" Dengan apa kamu mendahuluiku ke surga???". Ia menjawab:" Aku belum pernah adzan kecuali aku shalat sunnah dua rakaat setelahnya.Dan aku belum pernah Hadas,kecuali aku berwhudu' setelahnya dan harus aku teruskan dengan shalat sunnah dua rakaat karena Allah".. Nabi berkata:" Dengan dua kebaikan itu,kamu meraih derajat itu".
     Hadist ini diriwayatkan oleh Bukhari (1148),Muslim (6274),Nasa'i dalam Fadhail al-Shahabah (132),al-Baghawi (1011),Ibn Hibban (7085),Abu Ya'la (6104),Ibn Khuzaimah (1208),Ahmad (5?354,dan al-Hakim (1/313) yang menilainya shahih.
     Menurut al-Hafizh ibn Hajar dalam Fath al-Bari (3/34),hadist ini memberikan faedah bolehnya berijtihad dalam menentukan waktu ibadah,karena Bilal memperoleh derajat tersebut berdasarkan ijtihadnya,lalu Nabi saw pun membenarkannya. Nabi saw belum pernah menyuruh atau mengajarkan shalat dua rakaat setiap selesai berwhudu' atau setiap selesai adzan ,akan tetapi Bilal melakukannya atas ijtihadnya sendiri,tanpa di anjurkan oleh Nabi atau di ajarkan oleh Nabi dan tanpa bertanya dulu pada nabi. Ternyata Nabi saw membenarkan, bahkan memberinya kabar gembira tentang derajatnya di surga,sehingga shalat dua rakaat setiap selesai whudu menjadi sunnah bagi seluruh ummat.

4,HADIST IBN ABBAS r.a

"saiyidina abbas r.a berkata:
Aku mendatangi Rosululloh pada akhir malam, lalu aku sholat di belakangnya. ternyata beliau mengambil tanganku dan menarikku lurus di sebelahnya.
setelah rosululloh memulai sholatnya aku mundur kebelakang, lalu rosululloh menyelesaikam sholatnua. Setelah aku mau pulang beliau berkata:
ada apa, aku tempatkan kamu lurus disebelahku, tetapi kamu malah mundur?
aku menjawab: ya Rosulalloh, tidak selayaknya bagi seseorang sholat lus di sebelahmu sedang engkau rosululloh yg telah menerima karunia sari Alloh"
ibn abbas berkata: ternyaa beliau senang dengan jawabanku lalu mendoakanku agar Alloh senantiasa menambah ilmu dan pengertianku terhadap agama"
      Hadist ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad(3061).
hadist ini membolehkan berijtihad membuat perkara baru dalam agama apabila sesuai dengan syara'.
Ibn Abbas mundur kebelakang berdasarkan ijtihadnya, padahal sebelumnya rosululloh telah menariknya berdiri lurus di sebelah beliau, ternyata nabi tidak menegurnya, bahkan merasa senang dan memberinya hadiah doa. Dan seperti inilah yg di maksud bid'ah hasanah.
adzan dua kali dalam sholat jum'at di zqman khalifah utsman bin affan apa sudah di setujui nabi???
lalu siapa yg ngajarin ibn abbas untuk mundur dr shof yg sejajar dgn rosul????

5.HADIST ALI BIN ABI THALIB

"Saiyidina Ali r.a berkata:" Abu Bakar bila membaca al-Qur'an dengan suara lirih. sedanglan Umar dengan suara keras. Dan Ammar apabila membaca al-Qur'an,mencampur surah ini dengan surah itu. Kemudian hal itu dilaporkan kepada Nabi saw,Sehingga beliau bertanya kepada Abu Bakar:"Mengapa kamu membaca dengan suara lirih?"
Ia Menjawab:"Allah dapat mendengar suaraku walaupun lirih".
Lalu bertanya kepada Umar:" Mengapa kamu membaca dengan suara keras?"
Ia menjawab:" Aku mengusir syetan dan menghilangkan kantuk".
Lalu beliau bertanya kepada Ammar:"Mengapa kamu mencampur surah ini dengan surah itu?"
Ammar menjawab:" Apakah kau pernah mendengarku mencampurnya dengan yang bukan dari al-Qur'an?". Rasul menjawab:"Tidak"
Lalu Rasul bersabda:" Semuanya Baik".

     Hadist ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad (865),Hadist ini menunjukkan bolehnya membuat perkara baru (bid'ah hasanah) dalam ibadah dengan ijtihad masing-masing,sehingga sebagian sehabat melaporkan hal ini kepada Rasululloh dan ternyata Nabi membenarkannya dan menilainya semua baik.
Dan agaknya cara sahabat Ammar bin Yasir membaca al-Qur'an sesuai dengan tradisi ummat islam di kalangan ahlussunah wal jamaah di indonesia yang mencampur ayat ini dengan ayat itu.

6.HADIST 'AMR BIN AL-'ASH

"Amr bin al-'Ash r.a ketika dikirim dalam peperangan, Dzat al-Salasil berkata:ku mau mandi,tapi takut sakit." Aku bermimpi basah pada malam yang dingin sekali.Akhirnya aku bertayammum dan menjadi imam shalat shubuh bersam sahabat-sahabatku.Setelah kami datang kepada Rasululloh saw,mereka melaporkan kejadian ini kepada Rasululloh. Beliau bertanya:" Hai amr,mengapa kamu menjadi imam shalat bersama sahabat-sahabatmu sedang kamu junub?" Aku menjawab:" Aku teringat firman Allah :" Dan janganlah kamu membunuh dirimu;sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." (QS al-Nisa': 29). Maka aku bertayammum dan shalat". Lalu Rasululloh saw tersenyum dan tidak berkata apa-apa".

     Hadist ini diriwayatkan oleh Abu Dawud (334),Ahmad (4/202),al-Daraquthni (1/178),dinilai shahih oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak (1/177) dan al-Dzahabi.
     Hadist ini menjadi dalil Bid'ah Hasanah . Amr bin al-'Ash melakukan tayammum karena kedinginan berdasarkan ijtihadnya. Kemudian setelah Nabi mengetahuinya beliau tidak menegurnya bahkan membenarkannya. dengan demikian ,tidak semua perkara yang tidak di ajarkan Nabi saw adalah perbuatan sesat dan tertolak.

7.HADIST UMAR BIN KHATTAB

"Umar r.a berkata:" Seorang laki-laki datang pada saat shalat berjamaah didirikan. setelah sampai di shaf,laki-laki itu berkata:" Allahu akbar kabiran walhamdulillahi katsiran wa subhanallahi bukratan wa ashila". Setelah Rasululloh selesai shalat ,beliau bertanya:" Siapa yang mengucapkan kalimat tadi??" laki-laki itu menjawab:" Saya ya Rasululloh.Demi allah saya hanya bermaksud baik dengan kalimat itu". Lalu Nabi Bersabda:" Aku telah melihat Pintu-pintu langit terbuka menyambut kalimat itu". Ibn Umar berkata:" Aku belum pernah meninggalkannya sejak mendengarnya".

     Hadist ini di riwayatkan oleh Muslim (1357),al-Tirmidzi (3592),al-Nasa'i (884) dan Ahmad (2/14).

8.HADIST RIFA'AH BIN RAFI' r.a

"Rifa' bin Rafi' berkata:" suatu ketika kami shalat bersam Nabi saw.Ketika beliau bangun dari Rukuk,beliau berkata:" Sami'allahuliman hamidah". Lalu seorang laki-laki dibelakangnya berkata:" Rabbana walakalhamdu hamdan katsiran thaiyyiban mubarakan fih". Setelah selesai shalat, beliau bertanya:" Siapa yang membaca kalimat tadi?" laki-laki itu menjawab:" Saya ". rasul bersabda:" Aku nmelihat lebih dari 30 malaikat berebutan menulis pahalanya.
      Hadist ini diriwayatkan oleh al-Bukhari (779),al-Nasa'i (1016),abu dawud (770).Ahmad (4/340), dan Ibn Khuzaimah (614).
     Kedua sahabat di atas mengerjakan perkara baru yang belum pernah diterimannya dari Nabi saw,yaitu menambahbacaan dzikir dalam iftitah dan dzikir dalam i'tidal. ternyata Nabi saw membenarkan perbuatan mereka,bahkan memberi kabar gembira tentang pahala yang mereka lakukan ,karena perbuatan mereka sesuai dengan Syara' diman i'tidal dan iftitah itu tempat memuji kepada Allah. Oleh karena itu al-Hafizh Ibn Hajar menyatakan dalam Fath al-Bari (2/267),bahwa hadist ini menjadi dalil bolehnya membuat Dzikir baru dalam shalat,apabila tidak menyalahi dzikir yang ma'tsur (datang dari nabi) dan bolehnya mengeraskan suara dalam bacaan dzikir selama tidak mengganggu orang lain.

 BID'AH HASANAH SETELAH GENERASI SAHABAT

     Setelah generasi sahabat punah,dari waktu ke waktu kaum muslimin juga melakukan hal-hal yang belum pernah terjadi,ataupun yang di ajarkan nabi yang Beberapa pekerjaan yang bisa di bilang bid'ah hasanah adalah sebagai berikut:

1.PEMBERIAN TITIK DALAM PENULISAN MUSHAF
Pada masa Rasululloh ,penulisan Mushaf al-Qur'an ytang dilakukan oleh para sahabat tanpa memberikan titik terhadap huruf hurufnya seperti ba',ta' dan lain lainnya. Bahkan ketika khalifah Utsman menyalin mushaf menjadi 6salinan ,dan 5 salinan dikirimnya ke bewrbagai kota negara islam seperti basrah,mekah dan lain-lain,dan satu salinan untuk beliau pribadi,dalam rangka menyatukan bacaan kaum muslimin,yang dihukumi bid'ah hasanah wajibah oleh seluruh ulama,juga tanpa pemberian titik terhadap huruf-hurufnya. pemberian titik pada mushaf al-Qur'an baru dimulai oleh seorang ulama tabi'in Yahya bin Ya'mur (wafat sebelum tahun 100 H/719 M)
Harun bin Musa berkata:" Orang yang pertama kali memberi titik pada mushaf adalah Yahya bin Ya'mur" (Al-Mashahif ,hal 158).
     Setelah beliau memberikan titik pada mushaf ,para ulama tidak menolaknya,meskipun Nabi belum pernah memerintahkan. Dengan demikian ,andaikan para Ustad wahabi konsisten dengan  paqndangannya, bahwa setiap Bid'ah itu sesat,maka para wahabi akan menggunakan al-qur'an yang sesuai di zaman Nabi dan zaman Khulafaur Rashidin.
Emang mampu????

2. PERAYAAN MAULID NABI
     Perayaan hari kelahiran (maulid) Nabi saw baru terjadi pada permulaan abad keenam hijriah. Para sejarahwan sepakat bahwa yang pertama kali mengadakan adalah raja Irbil di Iraq,yang dikenal alim,bertaqwa dan pemberani,yaitu Raja al-Muzhaffar Abu Sa'id Kukuburi bin Zainuddin Ali Buktikin (w.630 H/1232 M). Para ulama darin kalangan sufi,fuqaha dan ahli hadist menilai perayaan maulid Nabi termasuk bid'ah hasanah yang dapat memberikan pahala bagi yang melakukannya. Di antara ulama yang menilai bahwa perayaan maulid adalh bid'ah hasanah adalah al-Hafizh Ibn al-Jauzi al-Hanbali,al-Hafizh Ibn Katsir,al-hafizh Suyuti dll. Lalu bagimana dengan pernyataan para ustad wahabi yang kebanyakan berkata:" Tiada ajaran dalam islam untuk memperingati hari kelahiran guru, Nabi dll."
     Tentu saja pandangan seperti ini yang mengikuti para jagoan Tahrif terhadap mushus seperti bin Baz,al-Utsaimin, al-albani dll,terlalu ceroboh dan berangkat dari paradikma sempit dalam memahami ajaran agama. Setidaknya ada beberapa nilai positif yang membenarkan perayaan maulid Nabi saw. Allah SWT berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

"Dan tidaklah kami mengutus kamu, melainkan (menjadi Rahmat bagi semesta alam". (QS.AL-ANBIYA':107)
 
Dan Rasululloh saw bersabda:" Aku hanya rahmat yang dihadiahkan". (hadist sahih menurutal-Hakim (1/91) dan al-Hafizh al-Dzahabi.
 
     Dengan demikian Rasululloh saw adalah al-rahmat al-'uzhma (rahmat yang paling agung) bagi umat manusia. Sedangkan Allah SWT telah merestuikita untuk merayakan lahirnya rahmat itu. Dalam hal ini Allah SWT berfirman:

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ - See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-surat-yunus-ayat-45-60.html#sthash.lkgwnWqx.dpuf
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ - See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-surat-yunus-ayat-45-60.html#sthash.lkgwnWqx.dpuf

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ


"Katakanlah:" Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya,hendaklah dengan itu mereka bergembira". (Qs.Yunus: 58)

Ibn Abbas menafsirkan ayat ini dengan "Dengan karunia Allah (yaitu ilmu) dan Rahmat-Nya (yaitu Muhammad), hendaklah dengan itu mereka bergembira". (Al-Hafizh al-Suyuthi,al-Durr al-Mantsur,2/308).

وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ


Allah berfirman: "Dan semua kisah rasul-rasul kami ceritakan kepadamu,ialah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu". (Qs.Hud :120).
 
     Ayat ini menegaskan bahwa penyuajian kisah-kisah para rasul dalam ayat al-Qur'an adalah untuk meneguhkan hati Nabi saw. Dan tentu saja kita yang dhaif dewasa ini lebih membutuhkan peneguhan hati dari beliau,melalui penyajian sirah dan biografi beliau.
Sisi lain perayaan maulid Nabi saw adalah, mendorong kita untuk memperbanyak shalawat dan salam kepada beliau sesuai dengan firman Allah:

إِنَّ اللَّهَ وَ مَلَئكتَهُ يُصلُّونَ عَلى النَّبىّ‏ِ يَأَيهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صلُّوا عَلَيْهِ وَ سلِّمُوا تَسلِيماً


"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai Orang-orang yang beriman ,bershalawatlah kamu untuk nabi,dan ucapkan salam penghormatan kepadanya" (QS.al-Ahzab:56)
Dan sesuai dengan kaidah yang telah ditetapkan,bahwa sarana yang dapat mengantar pada anjuran agama,juga di anjurkan sebagaimana di akui oleh AL-UTSAIMIN dalam AL-IBDA' (hal. 18).Sehingga perayaan Allah SWT juga berfirman:

"Isa putera maryam berdoa:" ya Tuhan kami,turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami,yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang sesudah kami,dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rizkilah kami,dan Engkaulah pemberi rizki yang paling utama". (Qs.al-Ma'idah:114)
 
     Dalam ayat ini, ditegaskan bahwa turinnya hidangan di anggap sebagai hari raya bagi 0rang-orang yang bersama nabi Isa a.s dan orang-orang yang datang sesudah beliau dari bumi agar mengekspresikan kegembiraan dengannya. Tentu saja lahirnya Rasululloh saw sabagai al-rahmat al-'uzhma lebih layak kita rayakan dengan penuh suka cita daripada hidangan itu. IBN -TAIMIYAH mengatakan:
"Mengagungkan maulid dan menjadikannya sebagai hari raya setiap musim, dilakukan oleh sebagian orang,dan ia akan memperoleh pahala yang sangat besar dengan melakukannya karena niatnya yang baik dan karena mengagungkan Rasululloh saw,sebagaimana telah aku sampaikan". (Ibn taimiyah,Iqtidha' al_Shirath al-Mustaqim,hal 297).

Toh akhirnya kaum wahabi yang mengharamkan perayaan maulid Nabi saw,tidak konsisten dengan tesis mereka bahwa semua bid'ah pasti sesat. Pada saat mereka mengharamkan dan menilai syirik perayaan maulid Nabi saw, mereka justru merayakan maulid guru mereka, yaitu MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB pendiri ajaran wahabi dalam suatu acara tahunan selama satu pekan yang mereka namakan USBU'AL-SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB (pekan syaikh muhammad bin abdul wahhab). Selama sepekan,secara bergantian,ulama-ulama mereka mengupas secara panjang lebar tentang manaqib dan berbagai aspek menyangkut Muhammad bin Abdul Wahhab,dan mereka kemudian terbitkan dalam bentuk jurnal ilmiah.
LIHATLAH...... ORANG YANG BERPAHAM BATHIL PASTI KONTRADIKSI. HEHEHEHE..............
 
dan disisi lain, ketika Bin Baz mengeluarkan fatwa bahwa perayaan maulid nabi sebagai amalan bid'ah, justru dia malah mengagunggkan hari nasional saudi arabia sebagai legitimasi hukum wahabi (bukan hukum islam) terhadap kepentingan wahabi di saudi (lihat:Fatawa al-lajnah al-Da'imah 3/88-89).

3.BID'AH HASANAH IMAM AHMAD BIN HANBAL
     Al-Imam bin Hanbal termasuk ulama' mujtahid yang mengakui bid'ah hasanah. Hal ini dapat dilihat dengan memperhatikan fatwa beliau kepada muridnya. Al-Imam Ibn Qudamah al-Maqdisi (hafizh dan faqih bermadzhab Hanbali),meriwayatkan dalam kitab al-Mughni (1/838):
 
"Al-Fadhl bin Ziyad berkata:" Aku bertanya kepada Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal:" Aku akan mengkhatamkan al-Qur'an,aku baca dalam shalat witir atau tarawih?"
Imam Ahmad menjawab:" Baca dalam tarawih sehingga kita dapat berdoa antara dua rakaat."
Aku bertanya:" Bagaimana caranya?"
Beliau menjawab:" Bila kamu selesai dari akhir al-Qur'an ,angkatlah kedua tanganmu sebelum rukuk,lalu berdoalah bersama kami dalam shalat ,dan perpanjanglah berdirinya".
Aku bertanya:" Doa apa yang akan aku baca?"
Beliau menjawab:" Semaumu"
Al-Fadhl berkata:" Lalu aku lakukan apa yang ia sarankan,sedangkan ia berdoa sambil berdiri di belakangku dan mengangkat kedua tangannya".
Hanbal berkata:" Aku mendengar Ahmad berkata mengenai khatmil Qur'an:" Bila kamu selesai membaca Qul a'udzu birobbinnas,maka angkatlah kedua tanganmu dalam do'a sebelum rukuk">
Lalu aku bertanya:" Apa dasar anda dalam hal ini?"
Ia menjawab:" Aku melihat penduduk makkah melakukannya,dan Sufyan bin 'Uyainah melakukannya bersama mereka" (lihat pula ,Ibn Qayyim,jala'al-afham,hal 226)

 
     Apa yang di lakukan oleh Imam Ahmad ini belum pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad,bahkan Nabi meninggalkannya. Andai saja Nabi melakukannya,maka para sahabat akan mengajarkannya kepada kita. Berarti apa yang di lakukan oleh Imam Ahmad bin Hanbal ini adalah Bid'ah hasanah. Beliau melakukan dan mefatwakannya kepada muridnya. Dan sebelumnya hal ini telah dilakukan oleh SUFYAN BIN 'UYAINAH bersama penduduk makkah,tanpa ada dalil khusus dari al-Qur'an dan sunnah sebagai landasan mereka. Apakah dari sini bisa dikatakan, bahwa ulama sekelas Imam Ahmad bin Hanbal ini tidak faham dengan kaedah-kaedah syariat??? Atau mu gkin bisa dikatakan, bahwa ulama wahabi lebih 'Alim daripada imam Ahmad bin Hanbal???
     Diantara bid'ah hasanah yang dilakukan oleh imam Ahmad bin Hanbal lainnya adalah, beliau selalu mendoakan gurunya dalam shalat, sebagaimana diriwayatkan oleh al-Hafizh al-baihaqi berikut ini:

"Al-Imam Ahmad bin Hanbal berkata:" Saya mendoakan al-Imam al-Syafi'i dalam shalat saya selama empat puluh tahun. Saya berdoa," ya Allah ampunilah aku, kedua orang tuaku dan Muhammad bin Idris al-Syafi'i." (Al-hafizh al-Baihaqi,manakib al-Imam al-Syafi'i)

     Doa seperti ini sudah pasti tidak pernah di ajarkan oleh rasululloh saw para sahabat dan tabi'in. Tetapi al-Imam Ahmad bin Hanbal  melakukannya selama empat puluh tahun. Beranikah para wahabi mengatakan Imam Ahmad adalah ahli bid'ah dan ahli neraka???

4. BID'AH HASANAH IBN TAIMIYAH
     Ketika kita berbicara masalah Bid'ah bersama orang-orang wahabi seperti Bin Baz ,Utsaimin ,albani,Ibn Qayyim dll,yang sangat di kagumi para ustad wahabi, maka nama Ibn Taimiyah adalah salah satu sosok ulama yang bisa dikatakan bersih dari perkara yang di anggap oleh para wahabi sebagai perkara bid'ah.Dan di dalam kitabnya, Ibn Taimiyah dengan tegas mencela para pelaku bid'ah dan mencela ulama yang telah membagi bid'ah menjadi dua,tiga, atau lima.
   Tetapi jika mereka cermat membaca biografi Ibn Taimiyah, maka jika hidayah diberikan oleh Allah, maka akan luntur idealisme mereka kepada Ibn Taimiyah. yang telah ditulis oleh muridnya Umar bin Ali al-Bazzar dalam Al-A'lam al-'Aliyyah fi Manaqib Ibn Taimiyah (hal. 37-39)
"Apabila Ibn Taimiyah selesai shalat shubuh,maka ia berdzikir kepada Allah bersama jamaah dengan doa yang datang dari rasululloh.Allohumma antassalam..... Lalu menghadap kepada jamaah,lalu membaca tahlil-tahlil yang datang dari Nabi,lalu tasbih,tahmid dan takbir,masing-masing 33x. Dan diakhiri dengan tahlil sebagai bacaan yang keseratus. Ia membacanya bersama jamaah yang hadir. Kemudian ia berdoa kepada Allah SWT untuk dirinya dan jamaah serta kaum muslimin. Kebiasaan Ibn Taimiyah ini sudah maklum ,ia sulit untuk diajak bicara setelah shalat shubuh kecuali terpaksa. Ia akan terus berdzikir pelan,cukup didengarnya sendiri,dan terkadang dapat didengar oleh orang disampingnya. Di tengah-tengah dzikir itu,ia sering kali menghadapkan pandangannya ke langit. Dan ini kebiasaannya hingga matahari naik dan waktu larangan shalat habis. Aku selama tinggal di Damaskus selalu bersamanya siang dan malam. Ia sering mendekatkanku kepadanya sehingga aku duduk disebelahnya. Pada saat itu aku selalu mendengar apa yang dibacanya dan dijadikannya sebagai dzikir. Aku melihatnya membaca al-fatihah,mengulang-ulanginya dan menghabiskan seluruh waktu dengan membacanya,yakni mengulang-ulang al-Fatihah sejak selesai shalat subuh hingga matahari naik. Dalam hal ini aku merenung . Mengapa ia hanya rutin membaca al-Fatihah,tidak yang lainnya? Akhirnya aku tahu-wallohu a'lam,bahwa ia bermaksud menggabungkan antara keterangan dalam hadist-hadist dan apa yang disebutkan para ulama yaitu apakah pada saat itu disunnahkan mendahulukan dzikir-dzikir yang datang dari Nabi saw,daripada membaca al-Qur'an atau sebaliknya? Beliau berpendapat,bahwa dalam membaca dan mengulang-ulang al-Fatihah ini berarti menggabungkan antara kedua pendapat dan meraih dua keutamaan. Ini termasuk bukti kekuatan kecerdasannya dan pandangan hatinya yang jitu."
Dari tulisan yang ditulis oleh murid Ibn taimiyah ini, apakah para ustad wahabi,dan wahabi PAUD berani mengatakan, bahwa Ibn Taimiyah sebagai ahli bid'ah dan ahli neraka???

SEMOGA MENDAPAT HIDAYAH....

KARENA WAHABI BUTUH HIDAYAH, BUKAN DALIL.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar